Wednesday, May 13, 2015

Tipikal Istri yang Sulit Dilupakan Suami


 

Istri mana sih yang tidak ingin selalu dikenang suaminya? Apalagi ketika posisi sang istri sudah tidak lagi menemani sang suami, sehingga membuat sang suami selalu terbayang akan dirinya, seakan istrinya itu selalu menemaninya dimanapun Ia berada. Kalau dibilang sayang sih sayang, cinta ya cinta, tapi sejauh mana suami teringat akan istrinya, tidak akan sama, dan hal ini tidak tergantung dari berapa lama dia menikah.

Kita bisa ambil contoh kisah nyata dari buku ‘Habibie Ainun’. Pernah ngga kita bayangkan, seperti apa sosok seorang istri seperti Ibu Ainun, sehingga membuat Pak Habibie sampai lupa ingatan ketika Almarhumah Ibu Ainun dipanggil oleh Allah lebih dulu?

Mungkin sebagian atau bahkan kebanyakan wanita membayangkan dari sisi ‘enaknya’ saja. Ibu Ainun, seorang istri Presiden Republik Indonesia ke-3, wanita yang hidupnya bergelimang harta, wanita yang seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi, wanita yang beruntung bisa ikut menemani suami bepergian ke luar negeri.

Tapi apakah pernah kita berfikir, bagaimana caranya Ibu Ainun mengantarkan sang suami sehingga mampu menjadi orang nomor satu yang namanya sangat harum di Bumi Pertiwi ini? Pernahkah kita melihat bagaimana sulitnya hidup mereka di awal tahun pernikahannya, sampai Ia bersabar dengan hidup dalam kesederhanaan demi berjuang mendapatkan gelar doktor suaminya? Atau pernahkan kita berfikir, bagaimana letihnya seorang Ibu Ainun dalam menemani suaminya dinas ke berbagai kota bahkan negara sehingga waktu tidurnya hanya sedikit? Pernahkah kita berfikir ternyata menjadi seorang istri orang hebat itu tidak seenak yang dibayangkan? Ataukah dan ataukah banyak lagi yang tidak bisa kita ungkapkan.

Dengan perjuangan seorang Ibu Ainun yang sangat luar biasa, selalu memenuhi kebutuhan sang suami dari hal sekecil apapun, bahkan lebih memperhatikan kesehatan suaminya dibanding kesehatannya sendiri, wajarlah ketika Ibu Ainun pergi lebih dulu dipanggil Illahi, seorang Pak Habibie tidak mampu melupakan bayangan Ibu Ainun dimanapun Ia berada. Seakan-akan Ibu Ainun selalu berada disampingnya. “Ainun, Ainun, Ainun,” teriak Pak Habibie berkeliling rumah mencari sosok Ibu Ainun 3 hari setelah kepergiannya. Benar-benar tipikal istri yang diidam-idamkan oleh para suami kebanyakan.

Saya pernah tergelitik ketika membaca komentar seorang teman yang merupakan salah seorang dari follower akun Instagram Ibu Ani Budiyono, istri dari Presiden RI ke-6, Bapak Susilo Bambang Yudoyono. Dengan mudahnya Ia mengatakan, “Enak ya jadi Ibu Ani, kerjaannya cuma jalan-jalan menemani suami dan foto-foto.”

Helloooo… Emangnya Ibu Ani dalam kehidupannya tidak mengalami proses jatuh bangun yang hebat dalam mengantarkan suaminya menjadi Presiden? Ini nih yang sering dilupakan para wanita, padahal kehebatan dan kesuksesan suami mereka saat ini, tidak lepas dari besarnya dan kuatnya dukungan sang istri. Lebih dalam lagi, bila selama itu sang istri sudah menjadi benteng yang kuat sehingga suaminya mampu mencapai puncak kesuksesan.

Seorang suami bisa saja kehilangan istri yang sangat dicintai suaminya, baik itu karna meninggal dunia, atau berpisah (cerai) dan menikah lagi.

Keadaan pertama, istri meninggal dunia. Suami mana yang tidak sedih ketika teman hidup di kala suka dan duka yang telah lama menemaninya, harus meninggalkannya terlebih dahulu. Hal ini pernah terjadi pada Baginda kita, Rasulullah SAW ketika ditinggalkan oleh istri pertamanya, wanita terbaik pada zaman itu, Khadijah RA, seorang janda kaya yang namanya tersebar harum di penjuru Arab dan kalangan bangsawan. Bahkan menurut satu cerita, banyak orang kaya dan bangsawan dari berbagai penjuru Arab yang datang ingin melamar beliau. Akan tetapi, tidak satupun dari mereka yang berhasil meluluhkan hatinya.

Khadijah RA pada akhirnya memilih seseorang bukan dari kalangan bangsawan dan kaya raya. Pilihannya jatuh pada rekan bisnis beliau yang Ia amanahi untuk menjualkan barang-barangnya dari satu kota ke kota lainnya. Ia adalah Nabi kita Muhammad SAW, pemuda yang sangat jujur sehingga diberi gelar Al-Amin oleh penduduk Makkah dan Madinah pada kala itu.

Khadijah rela dicemooh banyak orang karena Ia bersuamikan seseorang yang ajarannya banyak ditolak oleh penduduk Arab. Bahkan Ia rela menginfakkan seluruh harta kekayaan yang tak terhitung lagi jumlahnya untuk perjuangan dakwah Rasulullah, sehingga pada akhirnya harta tersebut habis di jalan dakwah. Ia juga adalah wanita pertama yang percaya terhadap apapun yang disampaikan oleh Rasulullah, meskipun itu tak masuk di akal manusia.

Dari banyaknya kebaikan dan pengorbanan yang dilakukan oleh Khadijah, Rasulullah sering menceritakan kebaikan-kebaikannya tersebut kepada istri-istrinya sehingga membuat istri-istrinya cemburu. Padahal Rasulullah sendiri sudah mendapatkan wanita-wanita shalihah terbaik pada masa itu, namun tidak ada yang bisa menggantikan sosok Khadijah di hatinya. Bagaimana tidak, Khadijah yang pintar, cantik, saudagar kaya dan menjadi rebutan banyak orang, rela dan mau mengorbankan seluruh harta kekayaannya untuk kepentingan dakwah Nabi. Sering kali Siti Aisyah sangat cemburu ketika Rasulullah menceritakan kebaikan-kebaikan Khadijah.

Keadaan kedua, karena berpisah atau menikah lagi. Untuk keadaan kedua ini ada dua kemungkinan, bisa saja kita dilupakan dengan mudah atau suami akan menyesal karena telah menceraikan istrinya. Akan tetapi, bila kita mampu memberikan pelayanan terbaik kita, maka suami pasti akan selalu mengenang dan membanding-bandingkan kita dengan istri barunya. Namun bila kita tidak pernah melayani sepenuh hati, maka akan sangat mudah dilupakannya bahkan tidak pernah diingatnya sama sekali.

Akan tetapi dalam keadaan sehari-hari, kita juga sering berpisah dengan suami kita khususnya ketika sang suami berangkat kerja mencari nafkah. Tidak semua suami akan selalu teringat dengan istrinya kala sedang berada di luar rumah. Ada saja suami yang senang ketika bisa keluar dari rumah, mungkin karena ia tidak nyaman berada di dalam rumah, sehingga pribahasa Baiti Jannati (rumahku adalah syurgaku) tidak ia dapatkan dirumah, ini malah sebaliknya, rumahku nerakaku atau rumah bisa menjadi nearak baginya, Naudzubillah min dzalik. Maka sangat wajar sekali ketika sang suami merasa lebih bebas dan menyenangkan bila ia tidak berada di dalam rumah. Namun ada juga, suami yang setiap langkahnya mencari nafkah selalu teringat akan istrinya. Contohnya, menghubunginya di kala waktu istirahat, tiba-tiba dapat BBM di siang bolong, “Umi, pekan ini abi ada libur tambahan, asik bisa quality time bersama umi dan anak kita. Kita piknik ke pantai yuk.” Bisa juga dengan bahasa lain ia mengusahakan untuk membawakan makanan kesukaan istri ketika pulang kerja, sebungkus martabak manis tanpa di minta, lagi pengen sate padang, eh dia tiba-tiba bawa bungkusan sate padang yang kita inginkan, pengen ini dan itu dengan surprisenya ia membawakan makanan kesukaan kita, menyenangkan bukan? Atau dengan sengaja suami membungkus makanan yang tersedia saat sedang ada rapat di kantor. Ketika diledek oleh teman-temannya, suami dengan santainya mengatakan kepada teman-temannya, “Saat akad nikah kuucapkan didepan penghulu, dalam diriku aku sudah berjanji, apapun yang aku makan, apalagi itu makanan enak dan itu kesukaan istri, sangat tidak baik jika ia juga tidak mencicipi makanan tersebut.” Artinya, ketika saya menikmati sesuatu, dia berhak menikmatinya juga, So sweet..

Jadi.. Saya ingin berbagi pengalaman, dan juga pengamatan untuk bisa menjadi bahan renungan kita semua sebagai para istri agar suami selalu mengingat kita dimanapun ia berada. Entah ketika berangkat kerja, keluar rumah, bepergian jauh, atau sebaliknya, kita yang lebih dulu harus meninggalkannya. Berikut beberapa poinnya.

Di mulai jauh-jauh sebelum Subuh, alangkah mulianya kita para istri bila bisa bangun lebih dulu dibandingkan suami dan anak-anak. Menunaikan shalat tahajud, dilanjutkan menyiapkan masakan, dan mandi. Suami mana yang tidak senang ketika membuka mata di pagi hari, melihat bidadarinya sudah cantik mewangi? Apalagi ditambah kecupan mesra di kening dan pipinya, “Sayang ayo bangun..” wah tambah sayang pastinya. Tapi apabila sebaliknya, kita sebagai istri malah masih terlelap pulas mendengkur di balik selimut, rambut acak-acakan, mood suami di pagi hari pun pasti tidak akan semangat. Pasti berbeda rasanya bila subuh terlewatkan karena kesiangan. Ketika suami dan anak-anak sudah mandi sebelum subuh, lalu dilanjutkan dengan Shalat Subuh berjamaah di masjid, tentunya pikiran, jiwa, dan raga akan lebih sehat untuk melewati hari. Bisa berjalan kaki menikmati fajar dengan udara segar bersama orang-orang yang dicintai tentu sangat indah bukan?

Setelah suami pulang dari Shalat Subuh di masjid, pakaian kerja yang akan ia pakai hari ini sudah kita siapkan. Biasakanlah untuk mengutamakan menyetrika pakaian suami dibanding pakaian lainnya, sehingga di pagi hari pakaian kerjanya sudah siap di tempatnya dan suami tidak perlu pusing-pusing mencarinya atau bahkan menyetrikanya sendiri karena belum atau lupa kita siapkan.

Setelah itu, kita sebaiknya sudah menyiapkan hidangan sarapan yang sudah tertata rapi ketika suami pulang shalat subuh berjamaah dari masjid. Jangan sampai kita terlambat membuatkan sarapan, sehingga membuat suami terburu-buru berangkat ke kantor dan jajan di luar. Sarapan sangatlah penting untuk energi suami beraktifitas mencari nafkah seharian. Lebih baik lagi bila kita membawakan bekal untuknya di siang hari, makanan kesukaannya, guna menghemat pengeluaran rumah tangga, dan tentunya lebih sehat dan terjamin kebersihannya.

Setelah sarapan, kita coba kembali cek adakah barang bawaannya yang tertinggal. Bila semua sudah siap, kita antarkan suami ke depan pintu. Jarang bukan kita lihat moment seperti ini? Kebanyakan jaman sekarang istri masih sibuk di dapur atau di kamar mandi ketika suami akan berangkat kerja. “Mah, papah berangkat ke kantor ya, Assalamualaikum!” dengan teriakan istri pun menjawab, “Iya Pah, hati-hati Waalaikumsalam!” Bukankah lebih indah bila kita yang mengantarnya ke depan dengan membawakan tas dan sepatu yang sudah disemir rapih, lalu mengecup tangan dan pipinya, merapikan dasinya, serta mendoakan dengan senyuman agar ia dilimpahkan rezeki yang berkah. Kebaikan istri ini pasti akan selalu suami ingat seharian di kantor.

Coba bila kita membuat keributan atau menyusahkan suami di pagi hari dengan urusan rumah? Apakah itu tidak akan membuat suami kurang berkonsentrasi di tempat kerjanya? Disinilah besarnya peran istri sebagai seorang Manajer rumah tangga. Biarkan suami serius bekerja, kita sebagai istri, meskipun merangkap bekerja di luar, tetap saja urusan rumah harus kita yang siap sedia mengelolanya dengan baik.

Rumahku, Surgaku. Tentu saja tidak akan terjadi dengan rumah yang berantakan, jarang disapu atau dipel. Banyak istri yang kadang minta dimaklumi bila rumah berantakan karena memiliki anak kecil. Namun jangan sampai ketika suami pulang kerja, kondisinya tidak berubah saat suami berangkat. Kepenatannya di kantor akan bertambah ketika melihat rumah seperti kapal pecah. Usahakan pula setiap ia pulang kerja, kita sebagai istri sudah tampil cantik dan enak dipandang oleh suami. Rumah yang bersih dan rapih, istri yang mewangi, hidangan yang sudah siap, komplit bukan? Apalagi bila seperti Siti Aisyah, setiap Rasulullah pulang, ia selalu sudah siap dengan segelas susu di meja dan air hangat sebaskom untuk merendam kaki Rasulullah sepulang mencari nafkah.

Dibalik itu semua, tetap kunci seorang istri yang dimuliakan oleh suaminya ialah ketika ia selalu bersyukur dan tidak banyak menuntut. Mentang-mentang BBM naik, seringkali istri meminta nafkah bulannya naik atau bahkan meminta suami mencari yang lebih lagi diluar dari kesanggupannya. Padahal, wanita terbaik ialah wanita yang bersyukur atas nafkah yang diberikan suaminya meskipun sedikit. Berterimakasihlah dan berikan senyuman pada suamimu agar Allah juga memberikan rezeki lebih banyak lagi.

Dan yang terakhir, hormatilah kepada kedua orang tuanya. Kebanyakan para istri cemburu dengan ibu dari suaminya. Padahal, kita sebagai seorang istri harus menyadari bahwa kedudukan ibu mertua di atas kita. Ia berhak lebih mengutamakan ibunya dibanding kita. Karena setelah menikah, suami tetap milik ibunya, sedangkan kita menjadi milik suami seutuhnya. Jalin komunikasi yang baik dengan ibu mertua, sayangilah ia sebagaimana kita menyayangi ibu kita sendiri, dengarkan setiap ia bercerita, terimalah saran darinya meski terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita, agar ia juga menganggap kita anaknya sendiri yang mampu mengurus anak laki-lakinya dengan baik. Tentunya, bila hubungan kita dengan ibu mertua baik, suami juga akan senang dan lebih menghargai kita sebagai istrinya :)

Mungkin banyak dari kita yang ingin menjadi tipikal seseorang yang sulit dilupakan suami, akan tetapi apakah kita telah melakukan suatu hal yang membuat suami kita selalu terbayang dengan kebaikan kita? Kita sendiri yang bisa menilai..

Semoga kurang lebihnya tulisan ini, bisa menjadi bahan renungan kita agar menjadi istri yang lebih baik lagi, menjadi bidadarinya di dunia dan di akhirat kelak yang berakhlak shalihah, sehingga suami selalu meridhai setiap langkah kita, agar pintu Surga kita sebagai istri terbuka luas di akhirat nanti. Aamiin ya Rabbal Alamiinn..

13 May 2015.

Tulisan Istri: Balqis Az Zahra

Popular Posts